Terapi Menulis

Ahaa…. Untuk kesekian kalinya saya mau belajar sambil menyelam minum air. Upss… lagi puasa nanti batal lho Astaghfirullah.. Maksudnya dari uraian yang sedang saya tulis ini selain sebagai media belajar juga sebagai sarana meringankan isi kepala saya yang sudah mulai agak sedikit hang sama thesis… hihihi….. ok. Kali ini saya akan berbagi tentang terapi menulis. Emang menulis bisa buat terapi? Mari kita kaji bersama-sama yuks 🙂

661-overland-diary

 

Terapi menulis adalah suatu cara menulis yang digunakan untuk terapi masalah-masalah psikologis seperti kecemasan dan depresi. Menulis bisa saja dengan tulisan tangan atau bisa juga dengan sarana mengetik. Secara sekarang udah zamannya gadget, jadi menulis tidak mesti menggunakan bolpin/ pensil dan buku tulis. Sejak usia SD saya hobi sekali nulis diary. Alasan saya menulis saat itu adalah karena terlalu sering ke toko buku dan melihat bermacam variasi buku diary. Dari yang mulai bergambar bunga, kartun bahkan bukunya juga harum. Awalnya hanya koleksi buku diary, lama-kelamaan akhirnya bermanfaat juga. Hobi saya menulis diary terus berlanjut hingga sekarang, meski sudah tak serajin dulu yang setiap malam nulis diary tapi saya masih suka nulis untuk sekedar melepas beban emosional.

 

Tahukah kawan-kawan… mungkin ada sebagian orang yang beranggapan kalau yang suka nulis diary itu orangnya mellow suka memendam perasaan, nggak penting nulis diary dan bermacam-macam anggapan lainnya. Terlepas dari itu semua mungkin ada benarnya tapi juga mungkin salah persepsi juga. Individu yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan atau memiliki kosa kata terbatas, menulis bisa menjadi alternative dalam mengkomunikasikan diri. Atau orang yang lagi sariawan terus kemudian agak kesulitan dalam berbicara, bisa menuliskan maksudnya dalam sebuah tulisan. Contoh lainya: saat seorang mengalami kesedihan yang mendalam, menulis dapat melepaskan beban emosianal yang ada dalam dirinya. Seperti pak Habibie mantan presiden RI kita, saat beliau ditinggal ibu Ainun sangat mengalami kesedihan yang sangat mendalam. Ditinggalkan pasangan hidupnya beliau seakan tak lagi berdaya dan tak berarti lagi. Singkat cerita, beliau disarankan oleh terapisnya untuk menulis sebuah buku, daannn…. Hasilnya sungguh dahsyat. Selain sebagai terapi untuk mengurangi kesedihannya, tulisan beliau dibukukan menjadi sebuah novel yang syarat emosioanl, pendidikan,nasionalisme, dan cinta kasih sayang pada keluarga. Bahkan novel beliau sudah di filimkan. Bagi yang belum nonton siapin tisu yang banyak ya… 😀

nulis riwayat hidup sendiri

Terapi menulis dalam hal ini adalah menulis dengan lepas, tanpa beban, tanpa takut dikritik, tanpa takut salah, tanpa peduli susunannya dan pastinya bebas biaya. Terapi menulis tidak terpaku pada hasil, namun fokus pada prosesnya. Terapi menulis ini dinilai ilmiah karena sudah melewati uji riset oleh beberapa peneliti di Indonesia maupun diluar negeri sana. Salah satu penelitian yang telah dilakukan di Indonesia yaitu Pengaruh Terapi Menulis Pengalaman Emosional Terhadap Penurunan Depresi pada Mahasiswa Tahun Pertama (Susilowati & Hasanat, 2011). Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan ada penurunan tingkat depresi pada kelompok eksperimen (kelompok perlakuan). Terapi Menulis Pengalaman Emosional merupakan sarana bantu diri yang terbukti efektif menurunkan depresi pada mahasiswa tahun pertama. Simtom-simtom dan tingkat depresi pada semua subjek mengalami penurunan. Sebelum mengikuti terapi subjek berada pada kategori sedang dan setelah mengikuti terapi subjek berada pada kategori depresi ringan dan normal. Artinya sebelum dilaksanakan terapi, subjek terlebih dahulu mendapat psikotes dengan menggunakan BDI (Beck Depression Inventory) untuk mengkategorikan tingkatan depresi. Setelah dilakukan penelitian juga dilakukan follow up.   Untuk mengetahui perbedaan depresi pada pretest, posttest, dan follow up dilakukan pengujian Post Hoc. Hasil pengujian Post Hoc memperlihatkan adanya penurunan yang signifikan depresi pada subjek.

menulis1

Melakukan terapi menulis bukan berarti kita menjdi tertutup dengan lingkungan sosial lho ya… terapi menulis ini saya ulangi lagi hanya sebagai ALAT BANTU DIRI untuk meminimalisir tingkat keparahan gangguan. Nah… daripada bikin status galau atau ngtwett yang nggak jelas maka ada baiknya mencoba terapi ini. Caranya cukup mudah kok, sediakan alat tulis dan hanya membutuhkan waktu 30 menit. Apabila dirasa sulit bagi pemula, cobalah membuat judul/ topic dari yang kalian rasakan misalnya: “marah”. Atau dapat diambil dari situasi lingkungan sekitar misalnya “hujan” dst. Kawan-kawan bisa posting tulisan tersebut di notes FB atau dalam sebuah blog. Tapi kalau dirasa rahasia atau lebih pribadi ya lebih baik disimpan saja sebagai koleksi. Hehe…

 

Saya pribadi berulang kali melakukan ini, bahkan menjadi sebuah rutinitas disaat saya mulai penat selain hobi saya membaca novel. Dan rasanya legaaaaa sekali…. Alias plong. Bahkan kalau dibaca ulang bisa menjadi bahan intropeksi diri. hmm..  kalau buat yang lagi nulis tesis, kira-kira terapi ini manjur gak ya?? atau semakin memperburuk suasana??  sepengetahuan saya (apa mungkin saya belum tahu) karena sampai saat ini saya belum menemukan terapi menulis untuk menurunkan tingkat depresi pada mahasiswa yang sedang menulis tesis. Hehe… (hayooo… siapa yang mau meneliti tentang ini) mungkin akan sangat membantu buat kami-kami yang suka terjebak dalam situasi seperti ini. 😀

3 thoughts on “Terapi Menulis

  1. Artikelnya bagus banget nii…terapi menulis untuk meringankan kekhawatiran & depresi…terapi menulis bukan cuma hobi namun pantas didalami manfaatnya dari segi ilmiah yaa…menambah wawasan saya…terima kasih..

    penulispiritual.blogspot.com

Tinggalkan komentar